Dalam perjalanan ke Jambi lewat lintas timur, kami makan siang di Japura - sebuah kota kecil di Kabupaten Indragiri Hulu Riau - di sebuah rumah makan Jawa. Menunya hanya sup: sup tunjang sapi dengan tulang kaki sapi berukuran besar berisi sumsum yang dimakan dengan menggunakan sedotan, sup rusuk, yang berisi potongan tulang iga sapi dengan tempelan-tempelan daging, sup daging berupa cincang daging yang diolah menjadi sup dan sup ayam, berupa ayam goreng berukuran jumbo yang dibenamkan ke dalam kuah sup. Saat kami sampai, rumah makan tersebut sedang ramai-ramainya. Rumah makan tersebut berukuran kecil, terletak di halaman luas rumah pemilik warung yang juga sekaligus menjadi lokasi parkir. Lokasinya sekitar seratus meter dari jalan lintas, dan tidak gampang dikenali kecuali oleh mereka yang sudah sering ke sana. Belasan mobil parkir di halaman, dan orang-orang sedang antri di depan pintu menunggu giliran. Semua meja penuh terisi orang-orang yang masing-masing menghadapi semangkuk sup. Mejanya berupa meja panjang sederhana, dengan kursi-kursi plastik sebagai tempat duduk. Di atas meja penuh dengan berbagai barang: tempat sendok dan garpu, gelas-gelas plastik air minum dalam kemasan yang disusun rapi, toples berisi kerupuk kulit sapi, botol-botol kecap dan cuka, tempat cabe, potongan-potongan jeruk nipis dan asbak rokok. Semua orang nampaknya menikmati makan siangnya.
Tidak lama kami menunggu. Setiap kursi yang kosong langsung terisi, jadi tidak perlu menunggu sampai semua kursi tersedia untuk kami bertiga. Kami memesan satu sup tunjang dan dua sup daging. Sebentar kemudian pesanan kami datang. Sup tunjang berisi tunjang sapi dengan lubang berisi sumsum yang akan diisap dengan sedotan. Potongan-potongan daging menempel di tulang, yang harus dipotong dengan pisau kecil yang disediakan. Sup daging kami berisi potongan-potongan daging cincang yang berenang-renang dalam kuah sup, kental berminyak-minyak. Sepiring sambal kacang tanah goreng teri menyusul di meja. Cukup menggiurkan untuk perut yang sudah lapar.
Supnya enak, walaupun tidak istimewa. Enak,tetapi hanya itu. Tidak ada sesuatu yang lebih yang membuatnya berbeda dari sup-sup lain, yang memang jarang saya makan.
Dua hari kemudian, saat pulang dari Jambi, kembali kami makan di situ. Hari sudah jam dua siang, tetapi tempat tersebut masih ramai dengan pengunjung. Kali ini saya mencoba menu yang berbeda: sup ayam, sementara kawan saya memesan sup rusuk. Sup ayamnya rasanya tidak berbeda dengan sup daging yang saya makan dua hari lalu, hanya saja isinya ayam goreng yang diguyur dengan kuah sup.
Sup tunjang memang menu andalah di warung ini dan di berbagai warung lain yang kami jumpai sepanjang jalan di daerah ini. Rumah makan padang dan rumah makan jawa menawarkan menu andalan yang sama: sup tunjang, yang diolah dari tulang kaki sapi. Dan sepertinya semuanya ramai oleh pengunjung.
No comments:
Post a Comment