Sejak diresmikan tanggal 17 Februari lalu, jembatan yang menghubungkan kota kecamatan kecil tempat kami tinggal dengan ibukota kabupaten menjadi ramai. Kota kami yang tidak punya sarana rekreasi umum memanfaatkan jembatan tersebut untuk tempat bersantai di sore dan di malam hari. Nyaris setiap sore jembatan tersebut diramaikan oleh orang-orang - rata-rata membawa keluarga - yang ingin menikmati suasana senja dari atas jembatan. Pemandangan ke arah kiri adalah panoraman kota dengan latar belakang pabrik bubur kertas, sementara sekelilingnya adalah hamparan kebun sawit yang hijau. Tidak ada bukit, tidak ada gunung. Semuanya rata dan datar.
Dulu, tempat masayarakat menikmati senja untuk sejenak melupakan kepenatan kerja adalah di ferry penyeberangan. Sekarang, lokasi tersebut menjadi sepi. Jarak sekitar delapan belas kilometer dari kota - jembatan tersebut berada di tempat yang betul-betul sepi dulunya, hanya ada ferry penyeberangan milik perusahaan bubur kertas - tidak mengurangi minat masyarakat untuk datang. Para pedagang makanan dan mainan tambah meramaikan suasana.
Akhir pekan, sore dan malam hari pengunjung begitu ramainya, sehingga jalanan menjadi macet. Malam hari, jembatan diterangi oleh barisan lampu LED yang bertenaga baterai yang diisi dengan panel tenaga surya. Jaringan listrik PLN belum ada sama sekali. Hanya jembatan yang bermandikan cahaya, sisanya gelap gulita.
No comments:
Post a Comment