Tuesday, April 20, 2010

... - Sidimpuan (6): Prapat - ...

Siang hari sekitar setengah dua belas kami memasuki kota Prapat. Langsung kami belok kiri melalui gapura besar menuju objek wisata Danau Toba. Biaya masuk lima ribu rupiah saja per kenderaan dan penumpang. Hari ini adalah hari Minggu, dan pengunjung sedang ramai-ramainya. Kami kesulitan mencari tempat parkir. Setelah berputar-putar akhirnya kami mendapat parkir di depan rumah penduduk. Bayar lagi tentunya. Tempat ini adalah satu dari banyak lokasi wisata yang ada di sekeliling danau Toba. Tempatnya luas, dengan berbagai fasilitas. Hotel dan penginapan semuanya menghadap ke danau. Dermaga ferry dan kapal tersedia bagi mereka yang ingin berkeliling di danau.

Dari tempat kami berada, halaman sebuah hotel, pemandangan ke sekililing danau sungguh mempesona. Apalagi langit biru cerah dengan sedikit awan. Pengunjung berdatangan tidak habis-habisnya. Beberapa kenderaan dengan plat dari Aceh parkir tidak jauh dari tempat kami. Penumpangnya turun dan menyebar. Sebagian menggelar tikar dan menyiapkan makanan. Anak-anak berlarian di lapangan berumput yang dipangkas rapi.

Kami berkeliling untuk menikmati suasana danau. Angin berhembus sejuk, walaupun matahari terik menyengat. Pinggiran danau yang landai dipenuhi oleh pengunjung yang ingin berenang. Dipinggir dipenuhi anak-anak, lebih ketengah adalah mereka yang lebih besar dan lebih berani. Rata-rata menggunakan pelampung dan ban dalam mobil. Perahu-perahu kecil juga ramai, dpenuhi penumpang. Sesekali speedboat melintas dengan kencang, menimbulkan ombak besar yang menghempas ke tepian. Nyaris tidak ada tempat lapang dipinggiran danau. Di beberapa tempat dipenuhi oleh pondokan yang disewakan. Tempatnya berupa bangunan beratap yang luas, yang disekat-sekat dengan dinding separoh, benlantaikan semen atau papan. Pengunjung bisa menyewa tempat ini sekalian dengan tikarnya. Biasanya sehabis mandi di danau, para pengunjung akan beristirahat di tempat-tempat seperti ini, untuk makan makanan yang dibawa mereka. Ada juga yang membakar ikan, baunya menyebar kemana-mana.

Dibagian yang lebih tinggi, dipenuhi dengan kios suvenir yang berjajar. Isinya berupa pernak-pernik khas danau Toba, mulai dari kaus sampai gantungan kunci. Harganya tergantung tawar menawar. Di salah satu kios kami membeli kaus dengan tulisan dan gambar mengenai Danau Toba. Harganya tidak terlalu menganiaya. Inang-inang penjual mangga khas daerah sini sibuk dengan tembakau suginya. Mangganya kecil dan kekuningan. Untuk menikmati mangga tersebut, tinggal kupas kulitnya dan kulum bijinya. Kami tidak tertarik untuk mencobanya, setidaknya untuk saat ini.

Sekitar jam empat sore kami berangkat menuju Siantar. Jalan berkelok-kelok menuruni gunung dengan pemandangan indah ke arah danau. Dari Siantar kami berbelok ke LImapuluh, untuk menempuh perjalanan pulang lewat Rantau Prapat. Hujan lebat sepanjang jalan, ditambah dengan kemacetan sepanjang lebih dari lima kilometer di Baganbatu membuat perjalanan menjadi lambat. Kami mengambil jalur alternatif melewati kebun sawit. Di beberapa pos petugas Security menyetop kami, minta uang rokok. Pagi hari kami sampai di Simpang Bangko, dan sarapan di salah satu rumah makan di pinggir jalan.

Siang hari baru kami sampai kembali ke kota kecil kami. Perjalanan panjang yang melelahkan, juga memberi kesan dan keinginan untuk melakukannya lagi.















No comments:

Post a Comment