... - Sidimpuan (5): Balige
Sampai ke Siborong-borong, tidak ada mesjid yang kami temui. Akhirnya kami sampai ke wilayah Balige. Kami meneruskan perjalanan, dan berhenti disebuah tempat dekat dengan monumen Siahaan, dimana kami bisa menikmati pemandangan Danau Toba di kejauhan. Matahari belum muncul dari timur, tetapi langit kemerahan ditutupi awan tipis menunjukkan sang surya akan segera muncul di langit. Beberapa anak kecil bermain di monumen Siahaan, mereka baru pulang dari berolah raga pagi. Mesjid terdekat ada di Tambunan, sekitar lima belas menit perjalanan lagi, kata mereka. Truk-truk bermuatan kayu balak menintas, mengantar kayu bahan baku pabrik pulp di Porsea. Selebihnya masih sepi.
Matahari baru naik ketika kami kembali melanjutkan perjalanan. Memasuki kota Balige, kami belok ke kiri ke arah pinggir danau Toba. Disebuah pencucian mobih yang juga ada warungnya, kami berhenti. Tempat ini juga tempat pemancingan, pondok-pondok menjorok ke danau disediakan bagi pengunjung. Beberapa pegawai sudah bekerja mencuci mobil, sepagi itu. Kami memesan minum dan duduk di pondok di pinggir danau. Matahari yang baru naik di atas danau menimbulkan panorama yang luar biasa. Di pinggir danau, aktivitas keseharian sudah dimulai. Beberapa ibu muda mandi sambil mencuci. Di dekatnya, seorang laki-laki sedang mencuci karpet. Tidak jauh dari tempat tersebut, beberapa orang gadis sedang mencuci peralatan memasak. Beberapa perahu pencari ikan melintas.
Berbeda dengan Danau Maninjau yang sama-sama danau vulkanis, air Danau toba tidak berbau amis. Airnya tenang tidak berombak. Langit sekarang biru berawan, tidak lagi kemerahan. Dikejauhan samar-samar nampak pulau Samosir, tertutup oleh kabut tipis pagi. Sebuah kapal penumpang melintas dikejauhan menuju ke Balige. Selesai minum, Yan dan Tan main catur, yang kebetulan ada di pondok tersebut. Tejo menyaksikan sambil terkantuk-kantuk. Saya memutuskan untuk berjalan-jalan dan mengambil gambar di sekitar. Sebuah gereja berdiri megah di atas bukit. Kuburan Batak yang berukuran besar dan megah berjejer, selang seling dengan perumahan penduduk. Orang-orang lalu lalang dengan santai. Di sebuah rumah makan yang ada penginapan dan dermaganya, beberapa orang sedang menunggu ferry penyeberangan yang akan membawa mereka ke Samosir.
Hampir dua jam kami bermalas-malasan di sini. Sekitar jam sembilan kami bertolak menuju Prapat. Jalanan mulus sekarang, aspal lebar dan lurus. Sawah menghijau di kiri kanan jalan, berisi padi. Kuburan Batak yang megah nampak di sana-sini. Kami berhenti kembali untuk makan di sebuah warung di Desa Sihiong, antara Balige dan Prapat. Sekalian kami mandi di kamar mandinya yang bersih dan rapi. Airnya air gunung yang jernih dan sejuk
No comments:
Post a Comment