Adalah Ross Tomlinson - orang Inggris mantan atasan saya dulu sewaktu bekerja di CRS di Aceh tahun 2005 - yang mengatakan bahwa kualitas air bisa berbeda di setiap titik kedalaman tertentu pada suatu badan air. Perbedaannya bisa sangat signifikan, bukan hanya masalah kejernihannya, tetapi juga pada kandungan bahan-bahan terlarut di dalamnya. Selama ini, saat mengumpulkan sampel air dari sungai, kami hanya mengambil air permukaan saja dan menganggap sampel air tersebut sudah mewakili air secara keseluruhan pada titik tersebut. "Itu mungkin tidak benar" kata Ross menjelaskan. "Memang bisa jadi sampel tersebut mewakili air secara keseluruhan dari lokasi tersebut, tetapi juga bisa berbeda". Lebih jauh dia menjelaskan mengenai perlunya untuk mengambil air dari setiap kedalaman tertentu untuk mengetahui distribusi kualitas air di tempat tersebut. Sungai-sugai tertentu yang tenang di permukaan tetapi berarus kuat di tengah kedalaman dan di dasar sungai mungkin mempunyai sebaran kuaitas air yang berbeda pada setiap kedalamannya.
Saat Crux Roja Espanola (Palang Merah Spanyol) merencakakan untuk merekondisi PDAM Meulaboh yang infrastrukturnya rusak karena gempa, mereka merencakan untuk membangun raw water intake yang baru. Kami ditugaskan untuk bekerja sama dengan mereka untuk memetakan kualitas air Sungai Meureubo, mulai dari muara sungai yang berhadapan langsung dengan laut sampai beberepa kilometer ke arah hilir dari lokasi rencana raw water intake point yang baru. Sampel air akan diambil dari setiap kedalaman tertentu dan sebagian parameter akan langsung dianalisa ditempat. Sebagian lagi akan kami bawa ke laboratorium untuk dianalisa lebih jauh. Untuk keperluan pengambilan sampel tersebut, Ross mengadakan kerja sama dengan sebuah NGO lain dari Swiss untuk meminjam alat untuk mengambil sampel di kedalaman tertentu. Bukan saja mereka bersedia untuk meminjamkan alatnya, seorang anggota mereka juga akan ikut bersama kami. Sayang sekali, pada suatu Minggu pagi yang cerah, ahli kualitas air yang berasal dari Amerika Serikat tersebut tewas saat berselancar di pantai Lhok Nga, Banda Aceh. “Fate is funny, isn’t it? This very guy was scheduled to meet us today, but last day he just had already gone to meet his maker”, kata Ross Senin paginya saat membawakan alat tersebut.
Alat tersebut bernama Deep Water Samper. Berbentuk tabung transparan untuk dipergunakan secara vertikal, mekanisme kerjanya ternyata sangat sederhana. Beberapa hari sebelum kepulangannya ke Inggris, Jamie Ashe - Technical Manager untuk Water and Sanitation Department CRS Meulaboh Field Office - menjelaskan cara kerja alat tersebut ke pada kami. Sebuah kait akan menahan tabung tetap terpisah dari tutup atas dan tutup bawahnya. Kait tersebut terhubung pada tali yang mempunyai penanda dalam meter. Masukkan alat tersebut dengan kait terpasang kedalam badan air yang akan diambil sampelnya. Air akan masuk ke dalam tabung dan keluar lewat bagian atas, terus berganti selama tabung bergerak menuju kedalaman tertentu. Setelah kedalaman yang diinginkan tercapai, jatuhkan beban yang terpasang pada tali. Beban akan menghantam kait, dan tutup atas dan tutup bawah tabung akan berberak mengunci tabung sehingga air yang di dalam tabung tidak akan bertukar lagi. Naikkan tabung dengan menyeret talunya ke atas. Sampel air bisa dikeluarkan melalui sebuah keran yang terpasang di tutup bagian bawah tabung. Secara keseluruhan, perlu dua tindakan untuk membuat deep water sampler bekerja. Jatuhkan alatnya ke kedalaman tertentu, kemudian jatuhkan bebannya untuk menutup tabung. Praktis dan sederhana, dan sampel air dijamin tidak akan terkontaminasi oleh air lainnya pada kedalaman yang berbeda.
Saat balik ke tempat kerja lama tahun 2006, berdasarkan cara kerja deep water sampler tersebut, kami membuat alat tersebut dengan menggunakan pipa PVC. Rancangannya berbentuk horizontal, karena akan dipergunakan di sungai. Alatnya berfungsi dengan baik.
Awal tahun 2012, kami ditugaskan untuk melakukan survey kualitas air Sungai Lalan di Musi Banyuasin untuk keperluan pembangunan pabrik baru di sana. Deep water sampler jelas diperlukan untuk mengambil sampel air pada kedalaman yang berbeda. Alat yang dibuat tahun 2006 entah dimana keberadaannya sekarang. Jadi kami memutuskan untuk membuat yang baru. Saat menunjukkan gambar Deep Water Sampler yang kami pergunakan di Meulaboh dan alat yang kami buat tahun 2006, seorang rekan punya pendapat yang berbeda. "Karena sampel air yang akan kita ambil volumenya lebih banyak, kita perlu alat yang lebih besar dan tentu saja akan lebih berat", katanya. Dengan kondisi lebih berat, sulit untuk merancang mekanisme buka kait yang bisa bekerja dengan baik. Juga butuh beban lebih berat untuk membuka kait. Berdasarkan ide rekan tersebut, rancangan dirubah. Mekanisme tutup alat yang menggunakan kait dihilangkan. Beban dirubah menjadi penutup atas yang akan mengunci alat sehingga kedap. Alatnya terdiri dari tiga bagian: tutup bawah yang juga berfungsi sebagai beban pemberat, bodi tabung, dan tutup atas. Keran sampel dipasang pada bodi tabung. Cara kerjanya lebih kurang sama: turunkan tutup bawah sampai kedalaman yang diinginkan, kemudian jatuhkan bodi tabung. Terakhir jatuhkan tutup atas yang akan mengunci tabung. Naikkan alat dengan menyeret talinya. Hasilnya sama. Sampel air yang diambil dari kedalaman tertentu akan terkurung dalam tabung dan tidak akan terkontaminasi selama perjalannya ke permukaan. Setelah di atas, sampel air bisa dikeluarkan melalui keran yang dipasang pada bodi tabung. Praktis dan sederhana.
Saat mengujinya di bak air, ternyata penutupnya terlalu berat dan membuat sisi tabung bagian atas menjadi sompel. Rekan saya mengakalinya dengan menambahkan paking karet untuk meredam sentakan saat tutup atas dijatuhkan.
Saat mengumpulkan sampel air sungai Lalan, alat tersebut berfungsi dengan sangat baik. Kami mengambil air dari berbagai posisi di sungai Lalan pada penambahan kedalaman satu meter, sampai ke dasar sungai. Walaupun kerannya patah karena menghantam dinding boat, sumbat darurat yang dibuat dari karet potongan sandal jepit bisa menyelesaikan permasalahan.
Saat Crux Roja Espanola (Palang Merah Spanyol) merencakakan untuk merekondisi PDAM Meulaboh yang infrastrukturnya rusak karena gempa, mereka merencakan untuk membangun raw water intake yang baru. Kami ditugaskan untuk bekerja sama dengan mereka untuk memetakan kualitas air Sungai Meureubo, mulai dari muara sungai yang berhadapan langsung dengan laut sampai beberepa kilometer ke arah hilir dari lokasi rencana raw water intake point yang baru. Sampel air akan diambil dari setiap kedalaman tertentu dan sebagian parameter akan langsung dianalisa ditempat. Sebagian lagi akan kami bawa ke laboratorium untuk dianalisa lebih jauh. Untuk keperluan pengambilan sampel tersebut, Ross mengadakan kerja sama dengan sebuah NGO lain dari Swiss untuk meminjam alat untuk mengambil sampel di kedalaman tertentu. Bukan saja mereka bersedia untuk meminjamkan alatnya, seorang anggota mereka juga akan ikut bersama kami. Sayang sekali, pada suatu Minggu pagi yang cerah, ahli kualitas air yang berasal dari Amerika Serikat tersebut tewas saat berselancar di pantai Lhok Nga, Banda Aceh. “Fate is funny, isn’t it? This very guy was scheduled to meet us today, but last day he just had already gone to meet his maker”, kata Ross Senin paginya saat membawakan alat tersebut.
Alat tersebut bernama Deep Water Samper. Berbentuk tabung transparan untuk dipergunakan secara vertikal, mekanisme kerjanya ternyata sangat sederhana. Beberapa hari sebelum kepulangannya ke Inggris, Jamie Ashe - Technical Manager untuk Water and Sanitation Department CRS Meulaboh Field Office - menjelaskan cara kerja alat tersebut ke pada kami. Sebuah kait akan menahan tabung tetap terpisah dari tutup atas dan tutup bawahnya. Kait tersebut terhubung pada tali yang mempunyai penanda dalam meter. Masukkan alat tersebut dengan kait terpasang kedalam badan air yang akan diambil sampelnya. Air akan masuk ke dalam tabung dan keluar lewat bagian atas, terus berganti selama tabung bergerak menuju kedalaman tertentu. Setelah kedalaman yang diinginkan tercapai, jatuhkan beban yang terpasang pada tali. Beban akan menghantam kait, dan tutup atas dan tutup bawah tabung akan berberak mengunci tabung sehingga air yang di dalam tabung tidak akan bertukar lagi. Naikkan tabung dengan menyeret talunya ke atas. Sampel air bisa dikeluarkan melalui sebuah keran yang terpasang di tutup bagian bawah tabung. Secara keseluruhan, perlu dua tindakan untuk membuat deep water sampler bekerja. Jatuhkan alatnya ke kedalaman tertentu, kemudian jatuhkan bebannya untuk menutup tabung. Praktis dan sederhana, dan sampel air dijamin tidak akan terkontaminasi oleh air lainnya pada kedalaman yang berbeda.
Saat balik ke tempat kerja lama tahun 2006, berdasarkan cara kerja deep water sampler tersebut, kami membuat alat tersebut dengan menggunakan pipa PVC. Rancangannya berbentuk horizontal, karena akan dipergunakan di sungai. Alatnya berfungsi dengan baik.
Awal tahun 2012, kami ditugaskan untuk melakukan survey kualitas air Sungai Lalan di Musi Banyuasin untuk keperluan pembangunan pabrik baru di sana. Deep water sampler jelas diperlukan untuk mengambil sampel air pada kedalaman yang berbeda. Alat yang dibuat tahun 2006 entah dimana keberadaannya sekarang. Jadi kami memutuskan untuk membuat yang baru. Saat menunjukkan gambar Deep Water Sampler yang kami pergunakan di Meulaboh dan alat yang kami buat tahun 2006, seorang rekan punya pendapat yang berbeda. "Karena sampel air yang akan kita ambil volumenya lebih banyak, kita perlu alat yang lebih besar dan tentu saja akan lebih berat", katanya. Dengan kondisi lebih berat, sulit untuk merancang mekanisme buka kait yang bisa bekerja dengan baik. Juga butuh beban lebih berat untuk membuka kait. Berdasarkan ide rekan tersebut, rancangan dirubah. Mekanisme tutup alat yang menggunakan kait dihilangkan. Beban dirubah menjadi penutup atas yang akan mengunci alat sehingga kedap. Alatnya terdiri dari tiga bagian: tutup bawah yang juga berfungsi sebagai beban pemberat, bodi tabung, dan tutup atas. Keran sampel dipasang pada bodi tabung. Cara kerjanya lebih kurang sama: turunkan tutup bawah sampai kedalaman yang diinginkan, kemudian jatuhkan bodi tabung. Terakhir jatuhkan tutup atas yang akan mengunci tabung. Naikkan alat dengan menyeret talinya. Hasilnya sama. Sampel air yang diambil dari kedalaman tertentu akan terkurung dalam tabung dan tidak akan terkontaminasi selama perjalannya ke permukaan. Setelah di atas, sampel air bisa dikeluarkan melalui keran yang dipasang pada bodi tabung. Praktis dan sederhana.
Saat mengujinya di bak air, ternyata penutupnya terlalu berat dan membuat sisi tabung bagian atas menjadi sompel. Rekan saya mengakalinya dengan menambahkan paking karet untuk meredam sentakan saat tutup atas dijatuhkan.
Saat mengumpulkan sampel air sungai Lalan, alat tersebut berfungsi dengan sangat baik. Kami mengambil air dari berbagai posisi di sungai Lalan pada penambahan kedalaman satu meter, sampai ke dasar sungai. Walaupun kerannya patah karena menghantam dinding boat, sumbat darurat yang dibuat dari karet potongan sandal jepit bisa menyelesaikan permasalahan.
Deep Water Sampler
Tutup atas dan tutup bawah yang dilengkapi dengan keran
Mekanisme kerja kait untuk menutup tabung
Jamie Ashe menjelaskan cara kerja alat Deep Water Sampler
Pastikan kaitnya terpasang sebelum menurunkan alat ke kedalaman air
Turunkan alat pada kedalaman yang diinginkan
Jatuhkan beban untuk membuka kait dan menutup tabung sampel
Naikkan kembali alat ke permukaan untuk mengambil sampel yang di dalamnya
Survei kualitas air Sungai Meureubo pada bulan September 2005 dengan menggunakan alat Deep Water Sampler
Alat Deep Water Sampler buatan sendiri untuk keperluan pengumpulan sampel air Sungai Lalan, Musi Banyuasin
Pengujian alat sebelum dipakai di lapangan
Tutup atas alat yang sekaligus berfungsi sebagai beban
Jatuhkan tutup bawah pada kedalaman yang diinginkan
Jatuhkan bodi tabung
Jatuhkan penutup atas. Sampel akan terisolasi dalam tabung dan bisa dinaikkan ke permukaan
Penggunaan Deep Water Sampler buatan sendiri di Sungai Lalan, 26-27 Januari 2012
Rusak, tetapi masih bisa berfungsi dengan baik
No comments:
Post a Comment