Dari Rantau: July 2011

Friday, July 29, 2011

Wednesday, July 27, 2011

Wednesday, July 20, 2011

Saturday, July 16, 2011

Thursday, July 14, 2011

Dari Udara

Dalam perjalanan dari Tembilahan, pilot helikopter membawa kami keliling Perawang, kota industri.

Tuesday, July 05, 2011

Jika kebetulan berada di Kota Siak dan ingin mengisi perut dengan makanan, jangan sembarang pilih tempat makan. Penampilan rumah makan boleh saja seperti warung-warung Ampera di Riau dan Sumbar, ataupun mirip warung tegal, atau warung "serbu" - serba lima ribu kenyang di Medan, tetapi rumah makan di kota Siak mirip restoran kelas atas dalam satu hal: harga makanan. Sebaiknya bertanya dulu soal harga sebelum makan, daripada bersitegang urat leher dengan pengelola warung saat melakukan pembayaran. Atau jika memang berencana berjalan-jalan ke kota Siak, bawa makanan dari rumah atau beli di tempat lain. Di luar kota Siak banyak tempat makan dengan kualitas makanan yang lebih baik dan harga yang sangat bersahabat.

Makan di kota Siak memang bukan untuk semua orang, apalagi orang kebanyakan yang berkantong tipis dan pas-pasan.

Warung pinggir sungai yang menyamai restoran kelas atas dalam harga makanan

Tempat boleh sederhana, jangan tanya soal harga!

Berombongan seperti ini, bisa menghabiskan satu jutaan!

Sepiring kecil udang gulai, Rp. 40000!

Rp. 35000 per ekor!

Rp. 25000 per potong !

Mahal !

Mahal !!

Mahal !!!

Makan tandas seperti ini, siapkan nyali dan uang yang banyak untuk membayarnya ...

Jembatan Siak

Penyeberangan

Karena truk-truk kayu bermuatan berat tidak diperbolehkan melewati jembatan, penyeberangan kayu melintas Sungai Siak menuju ke pabrik bubur kertas yang ada di Perawang dilakukan dengan menggunakan ferry penyeberangan. Ferry ini milik pabrik bubur kertas tersebut dan beroperasi sepanjang waktu. Jika ferry mengalami kerusakan sehingga tidak bisa beroperasi, truk-truk kayu akan melakukan perjalanan lebih jauh menuju ke Perawang melalui Pekanbaru dan Simpang Minas.