Sangat menyebaikan!
Ketika kaca depan kenderaan kami kotor dalam perjalanan mudik kemarin, saat tuas pengaktif motor pompa semprotan wiper ditekan, tidak ada yang terjadi. Tidak ada cairan pembersih wiper yang meluncur ke kaca depan.
Coba yang belakang, sama juga. Kedua pompa penyemprot wiper untuk kaca depan dan kaca belakang sudah tewas.
Tidak ada pilihan lain, selain menghentikan kenderaan dan membersihkan kaca secara manual. Begitu yang terjadi sepanjang perjalanan.
Sesampai di Medan, saya mencoba mencari toko spare part mobil yang mungkin buka. Ternyata memang ada yang buka, dan harga pompa wiper tersebut hanya 80000 rupiah saja perbuahnya. Mereknya tidak usah disebutkan, yang penting bisa berfungsi. Pompa depan dan pompa belakang sama saja, hanya berbeda pada soket kabelnya saja. Toka yang buka tersebut tidak ada stock untuk pompa belakang, tetapi tidak ada masalah, hanya membuang tonjolan soket kabel saya yang ada pada pompa depan.
Cara kerjanyapun ternyata mudah saja. Hanya perlu kunci sepuluh saja.
Posisi pompa wiper adalah di bagian bawah tangki reservoar, yang terletak di ruan mesin di sisi penumpang.
Cabut kabel pompa dari soketnya.
Bongkar paut pemegang wiper fluid reservoar dengan menggunakan kunci sepuluh.
Lepaskan selang transparan untuk wiper dari pompa. Awas cairan jangan sampai tumpah.
Tarik pompa keluar, meninggalkan seal karet di tangki reservoar. Lepaskan seal karet dari tangki.
Pasang seal karet pompa baru. Perhatikan arahnya jangan sampai terbalik. Pasang kembali pompanya dengan cara menekan samapi posisinya pas. Pasang kembali sealng dan kabel.
Pasang kembali tangki reservoar ke posisinya semula.
Penyemprot wiper sudah bisa difungsikan kembali.
Dari Rantau
Ragam cerita dari sekitar ...
Saturday, August 08, 2015
Monday, March 24, 2014
Thursday, March 06, 2014
Palasik di Sumbar
Ainia baru berumur satu bulan ketika kami membawanya ke berbagai tempat di Sumatra Barat. Di Pasar Atas Bukittinggi, menengok Ainia lelap dalam gendongan, ibu-ibu pedagang kain mengajukan pertanyaan, "Sudah berapa umurnya?" Beberapa orang pembeli juga menanyakan hal yang sama. Ada rasa kasihan terpancar di wajah mereka, menimbulkan tanda tanya. Kami tidak menggubrisnya, toh Ainia juga tidak apa-apa.
Kali kedua kami membawa Ainia ke Sumatra Barat, usianya sudah tiga bulan. Di Batusangkar, begitu kami sampai ke rumah tempat kami berkunjung, Ainia menangis keras. Keras sekali sampai terpekik-pekik. Kami panik dan khawatir, mungkin Ainia masuk angin atau sakit perut karena perjalanan jauh, yang umum untuk bayi seusia dia. Tetapi, tuan rumah kami, seorang lelaki berusia lima puluhan, punya pendapat lain. Dia segera ke kebun samping rumahnya, menembus hujan gerimis, dan kembali dengan segenggam daun. Berwarna hijau pekat, sedikit basah oleh air hujan, nampak seperti daun kare yang harum, tetapi bukan. Dia meremas daun tersebut dalam semangkok air, kemudian mengusap sedikit air remasan daun tersebut ke wajah Ainia. Dia mengucapkan sesuatu dalam bahasa Minang, artinya tidak jelas bagi saya karena dia mengucapkannya terlalu cepat. Yang terdengar, "Inyiak, iko cucu, baru tibo. Pailah, tinggalkan inyo surang". Ajaib. Sontak tangisan Ainia terhenti.
"Jika air remasan daun ini berbau harum, berarti ada yang ganggu. Ini tidak berbau harum. Mungkin Ainia hanya menampak saja", jelas tuan rumah kami.
Saat pulang dari Maninjau, di daerah Lubuk Basung, saat magrib Ainia menangis lagi. Kali ini lebih lama. Upaya tuan rumah kami untuk menenangkan Ainia makan waktu lebih lama. Ketika tangisan Ainia berhenti saat kami singgah salat, tuan rumah kami mengatakan bahwa Ainia mungkin sakit perut. Nanti sesampai di Batusangkar biar dibawa ke tempat di Man, yang terkenal ahli dalam menangani bayi yang rewel.
Tempat Man ternyata dalah sebuah warung kebutuhan sehari-hari, yang juga merangkap sebagai warung kopi. Lokasinya masih di Kotopanjang, hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumah tempat kami menginap di Batusangkar. Man berusia sedikit lebih muda dari tuan rumah kami, mungkin akhir empat puluhan.
"Iko kanai palasik", simpul Man. Obatnya sederhana saja, air perasan jeruk nipis dan abu tungku dapur, diaduk dan dioleskan ke perut. Terlihat Man membaca sesuatu - tidak jelas terdengar, karena Man mengucapkannya nyaris berbisik dan dalam bahasa setempat.
"Besok kemari lagi biar dibikin penangkalnya", kata Man. Karena kami akan balik ke kota kami besok, tuan rumah kami memohon supaya penangkal yang ada pesanan orang lain didahulukan untuk kami. "Boleh", kata Man. Tetapi kami tetap harus mengambilnya besok pagi.
Palasik adalah sejenis makhluk jadi-jadian dalam kepercayaan masyarakat Minang. Asalnya adalah dari para penganut ilmu hitam, dan diwariskan secara turun temurun. Yang mewarisi hanya keturunan perempuan - karena itu belum ada terdengar adanya palasik yang laki-laki.
Palasik biasanya mengisap darah bayi melalui ubun-ubunya. Cerita Wak, seorang Melayu Asli yang berasal dari Bagan, palasik harus diberi makan secara teratur. Jika, tidak, orang-orang di sekelilingnya - kadang keluarga dekatnya - yang akan menjadi korban. Palasik bisa mengisap dayah bayi yang ubun-ubunnya masih lunak hanya dengan memandangnya saja. Karena itu, hati-hati saat membawa bayi jika berpapasan dengan seorang wanita - biasanya yang sudah tua -, wanita tersebut menengok si bayi dalam-dalam, bisa jadi dia sedang memangsa si bayi. Si bayi akan terkejut, menangis hebat sampai kejang-kejang dan payah berhenti sampai kecapekan sendiri. Tanda-tanda lain bayi yang terkena palasik adalah matanya mengeluarkan kotoran, demam tinggi, dan diare.
Obatnya? "Jika sibayi menangis saat berpapasan dengan seorang wanita tua dan dicurigai wanita tersebut adalah palasik, kasihkan saja bayinya ke orang tersebut. Usahakan sampai dia memegangnya", kata seorang kawan dari Sumbar. Dengan menyerahkan bayi kepada si palasik, pengaruh palasik atas bayi tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Selain itu, rukiyah juga sangat membantu. Dalam http://quranic-healing.blogspot.com/2013/12/meruqyah-anak-yang-kena-sihir-palasik.html, seorang blogger menulis tentang rukiyah seorang bayi berusia 5 bulan yang terkena palasik. "Alhamdulillah tadi pagi jam 9-10 meruqyah bayi perempuan berumur 5 bulan dengan gejala selalu nangis sampai kejang2 dan terkadang menurut pengakuan bundanya sampai jam 2 malam baru berhenti nangis dan tertidur.biasanya anak ini mulai nangis habis ashar.ketika sang bunda memberikan ASI dia sering terkejut.kejadian ini berlangsung hampir 2 bulan.membuat sang bunda pun bingung dan menangis.kalau orang kampung bilang gejala ini mirip dengan sihir PALASIK ( MINANG). ketika di ruqyah tidak ada reaksi apa2 cuma anak itu kelihatan lebih tenang. setelah diruqyah anak ini tertidur pulas,dan sampai detik ini sang bunda gak ada mengeluhkan tentang anaknya.mudah2an sudah tidak terjadi apa2.amiin.salam tauhid !"
Tetapi, Dr.H.Jondri akmal, MARS, melalui blognya http://blogdjondris.blogspot.com mempunyai pendapat yang berbeda. Katanya, bayi dengan ciri-ciri seperti kena palasik itu sama dengan bayi yang mengalami gizi buruk. Lebih jelas, Dr.H.Jondri akmal, MARS menuturkan sebagai berikut:
Lebih lengkapnya di http://blogdjondris.blogspot.com/2013/09/palasik-dan-gizi-buruk.html.
Bagaimana dengan Ainia? Dia memang tidak menangis lagi seperti kejadian yang lalu yang menyebabkan semua orang panik. Kami juga tidak ingin memasang jimat apapun, karena jimat adalah benda yang tidak punya kuasa apapun untuk melindungi apapun dan siapapun. Untuk tidak melukai hati tuan rumah dan Man, esoknya kami mengambil tangkal. Berbentuk seperti dompet kecil yang berisi beberapa bahan (kata Man berisi beberapa jenis bumbu dapur yang konon ditakuti oleh palasik) terbuat dari kain hitam dengan benang warna-warni untuk dijadikan kalung. Man berbesan supaya dipakai setiap waktu. Insya Allah palasik tidak akan berani mendekat. Juga jika Ainia sakit perut, supaya perutnya diolesi dengan campuran abu dapur dan air perasan jeruk nipis.
Apakah Ainia memang terkena palasik? Wallahu 'alam. Sampai saat ini Ainia tumbuh sehat seperti bayi normal lainnya, Insya Allah.
Makhluk gaib memang aada, palasik bisa jadi ada, tetapi kami sudah bertekad tidak akan memasang jimat apapun pada Ainia. Penangkal jimat yang diberi Man mungkin ditakuti oleh palasik, tetapi kami tidak mau berlindung pada benda yang jelas tidak punya daya apapun. Penangkal palasik itu masih saya simpan, sebagai kenang-kenangan etnis dari Sumbar. Sesekali, kami membaca atau memutar kaset ayat-ayat rukiyah untuk berjaga-jaga. Kami lebih yakin atas perlindungan Yang Maha Kuasa dibanding dengan jimat penangkal.
Kali kedua kami membawa Ainia ke Sumatra Barat, usianya sudah tiga bulan. Di Batusangkar, begitu kami sampai ke rumah tempat kami berkunjung, Ainia menangis keras. Keras sekali sampai terpekik-pekik. Kami panik dan khawatir, mungkin Ainia masuk angin atau sakit perut karena perjalanan jauh, yang umum untuk bayi seusia dia. Tetapi, tuan rumah kami, seorang lelaki berusia lima puluhan, punya pendapat lain. Dia segera ke kebun samping rumahnya, menembus hujan gerimis, dan kembali dengan segenggam daun. Berwarna hijau pekat, sedikit basah oleh air hujan, nampak seperti daun kare yang harum, tetapi bukan. Dia meremas daun tersebut dalam semangkok air, kemudian mengusap sedikit air remasan daun tersebut ke wajah Ainia. Dia mengucapkan sesuatu dalam bahasa Minang, artinya tidak jelas bagi saya karena dia mengucapkannya terlalu cepat. Yang terdengar, "Inyiak, iko cucu, baru tibo. Pailah, tinggalkan inyo surang". Ajaib. Sontak tangisan Ainia terhenti.
"Jika air remasan daun ini berbau harum, berarti ada yang ganggu. Ini tidak berbau harum. Mungkin Ainia hanya menampak saja", jelas tuan rumah kami.
Saat pulang dari Maninjau, di daerah Lubuk Basung, saat magrib Ainia menangis lagi. Kali ini lebih lama. Upaya tuan rumah kami untuk menenangkan Ainia makan waktu lebih lama. Ketika tangisan Ainia berhenti saat kami singgah salat, tuan rumah kami mengatakan bahwa Ainia mungkin sakit perut. Nanti sesampai di Batusangkar biar dibawa ke tempat di Man, yang terkenal ahli dalam menangani bayi yang rewel.
Tempat Man ternyata dalah sebuah warung kebutuhan sehari-hari, yang juga merangkap sebagai warung kopi. Lokasinya masih di Kotopanjang, hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumah tempat kami menginap di Batusangkar. Man berusia sedikit lebih muda dari tuan rumah kami, mungkin akhir empat puluhan.
"Iko kanai palasik", simpul Man. Obatnya sederhana saja, air perasan jeruk nipis dan abu tungku dapur, diaduk dan dioleskan ke perut. Terlihat Man membaca sesuatu - tidak jelas terdengar, karena Man mengucapkannya nyaris berbisik dan dalam bahasa setempat.
"Besok kemari lagi biar dibikin penangkalnya", kata Man. Karena kami akan balik ke kota kami besok, tuan rumah kami memohon supaya penangkal yang ada pesanan orang lain didahulukan untuk kami. "Boleh", kata Man. Tetapi kami tetap harus mengambilnya besok pagi.
Palasik adalah sejenis makhluk jadi-jadian dalam kepercayaan masyarakat Minang. Asalnya adalah dari para penganut ilmu hitam, dan diwariskan secara turun temurun. Yang mewarisi hanya keturunan perempuan - karena itu belum ada terdengar adanya palasik yang laki-laki.
Palasik biasanya mengisap darah bayi melalui ubun-ubunya. Cerita Wak, seorang Melayu Asli yang berasal dari Bagan, palasik harus diberi makan secara teratur. Jika, tidak, orang-orang di sekelilingnya - kadang keluarga dekatnya - yang akan menjadi korban. Palasik bisa mengisap dayah bayi yang ubun-ubunnya masih lunak hanya dengan memandangnya saja. Karena itu, hati-hati saat membawa bayi jika berpapasan dengan seorang wanita - biasanya yang sudah tua -, wanita tersebut menengok si bayi dalam-dalam, bisa jadi dia sedang memangsa si bayi. Si bayi akan terkejut, menangis hebat sampai kejang-kejang dan payah berhenti sampai kecapekan sendiri. Tanda-tanda lain bayi yang terkena palasik adalah matanya mengeluarkan kotoran, demam tinggi, dan diare.
Obatnya? "Jika sibayi menangis saat berpapasan dengan seorang wanita tua dan dicurigai wanita tersebut adalah palasik, kasihkan saja bayinya ke orang tersebut. Usahakan sampai dia memegangnya", kata seorang kawan dari Sumbar. Dengan menyerahkan bayi kepada si palasik, pengaruh palasik atas bayi tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Selain itu, rukiyah juga sangat membantu. Dalam http://quranic-healing.blogspot.com/2013/12/meruqyah-anak-yang-kena-sihir-palasik.html, seorang blogger menulis tentang rukiyah seorang bayi berusia 5 bulan yang terkena palasik. "Alhamdulillah tadi pagi jam 9-10 meruqyah bayi perempuan berumur 5 bulan dengan gejala selalu nangis sampai kejang2 dan terkadang menurut pengakuan bundanya sampai jam 2 malam baru berhenti nangis dan tertidur.biasanya anak ini mulai nangis habis ashar.ketika sang bunda memberikan ASI dia sering terkejut.kejadian ini berlangsung hampir 2 bulan.membuat sang bunda pun bingung dan menangis.kalau orang kampung bilang gejala ini mirip dengan sihir PALASIK ( MINANG). ketika di ruqyah tidak ada reaksi apa2 cuma anak itu kelihatan lebih tenang. setelah diruqyah anak ini tertidur pulas,dan sampai detik ini sang bunda gak ada mengeluhkan tentang anaknya.mudah2an sudah tidak terjadi apa2.amiin.salam tauhid !"
Tetapi, Dr.H.Jondri akmal, MARS, melalui blognya http://blogdjondris.blogspot.com mempunyai pendapat yang berbeda. Katanya, bayi dengan ciri-ciri seperti kena palasik itu sama dengan bayi yang mengalami gizi buruk. Lebih jelas, Dr.H.Jondri akmal, MARS menuturkan sebagai berikut:
Lebih lengkapnya di http://blogdjondris.blogspot.com/2013/09/palasik-dan-gizi-buruk.html.
Bagaimana dengan Ainia? Dia memang tidak menangis lagi seperti kejadian yang lalu yang menyebabkan semua orang panik. Kami juga tidak ingin memasang jimat apapun, karena jimat adalah benda yang tidak punya kuasa apapun untuk melindungi apapun dan siapapun. Untuk tidak melukai hati tuan rumah dan Man, esoknya kami mengambil tangkal. Berbentuk seperti dompet kecil yang berisi beberapa bahan (kata Man berisi beberapa jenis bumbu dapur yang konon ditakuti oleh palasik) terbuat dari kain hitam dengan benang warna-warni untuk dijadikan kalung. Man berbesan supaya dipakai setiap waktu. Insya Allah palasik tidak akan berani mendekat. Juga jika Ainia sakit perut, supaya perutnya diolesi dengan campuran abu dapur dan air perasan jeruk nipis.
Apakah Ainia memang terkena palasik? Wallahu 'alam. Sampai saat ini Ainia tumbuh sehat seperti bayi normal lainnya, Insya Allah.
Makhluk gaib memang aada, palasik bisa jadi ada, tetapi kami sudah bertekad tidak akan memasang jimat apapun pada Ainia. Penangkal jimat yang diberi Man mungkin ditakuti oleh palasik, tetapi kami tidak mau berlindung pada benda yang jelas tidak punya daya apapun. Penangkal palasik itu masih saya simpan, sebagai kenang-kenangan etnis dari Sumbar. Sesekali, kami membaca atau memutar kaset ayat-ayat rukiyah untuk berjaga-jaga. Kami lebih yakin atas perlindungan Yang Maha Kuasa dibanding dengan jimat penangkal.
Monday, February 10, 2014
Wednesday, February 05, 2014
Asap
Sepanjang hari matahari sembunyi di balik kabut asap tebal. Hari sepenti mendung, tetapi ini bukan awan mendung yang menggantung di langit. Ini adalah asap, hasil dari berbagai titik api yang dilakukan dengan sengaja oleh pemilik lahan untuk membersihkan area tanahnya dengan cepat.
Tuesday, February 04, 2014
Kering ...
Belum sebulan hujan tidak turun, kekeringan sudah melanda. Langit kelabu gelap oleh asap, biang keladinya dituduhkan kepada para pembakar lahan. Titik api disinyalir mulai bermunculan di berbagai tempat, memberikan kontribusi asap ke udara, yang semakin lama semakin menebal. Matahari muncul kemerehan, bulat dan nyaris bisa ditatap langsung dengan mata telanjang.
Udara panas, pekat seolah bisa dilipat dan dikantongi. Dalam ruangan serasa dalam oven membara.
Debu jalan berterbangan oleh angin, memenuhi saluran napas. Berbagai penyakit pernafasan mulai melanda, dari balita hingga orang tua.
Ironis. Di berbagai daerah lain banjir melanda, sementara di sini hujan entah kemana perginya.
Udara panas, pekat seolah bisa dilipat dan dikantongi. Dalam ruangan serasa dalam oven membara.
Debu jalan berterbangan oleh angin, memenuhi saluran napas. Berbagai penyakit pernafasan mulai melanda, dari balita hingga orang tua.
Ironis. Di berbagai daerah lain banjir melanda, sementara di sini hujan entah kemana perginya.
Monday, February 03, 2014
Rambeue asam keueung (bawal asam pedas)
Sejumput kemewahan di tempat yang jauh dari laut: bawal asam pedas, dimasak dalam periuk tanah untuk memperkuat rasa khas ke-acehannya ...
Subscribe to:
Posts (Atom)